Minggu, 23 Juni 2013
Sabtu, 22 Juni 2013
Modul 1
KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN I
A.
PENDAHULUAN
Arus
lalu lintas dibentuk oleh pengendara dan kendaraan sehingga terjalin suatu
interaksi keduanya serta interksi antara kedua komponen tersebut terhadap jalan
dan lingkungan. Kendaraan yang memasuki suatu arus lalu lintas tidak mungkin
berjalan secara seragam karena ketidaksamaan pengemudi dalam hal ketrampilan
mengemudi dan pengambilan keputusan. Bahkan dapat dikatakan bahwa tidak ada
keadaan dua lalu lintas yang serupa sekalipun dalam kondisi yang setara, jalan
dan kendaraan, yang hal itu diakibatkan oleh perilaku dan kebiasaan pengemudi
yang sangat bervariasi. Perilaku arus lalu lintas sangat berlainan dengan
perilaku suatu aliran suatu fluida yang melalui suatu saluran terbuka atau pipa
tertutup, yang perilakunya bisa diprediksi yakni mengikuti hukum hidraulis dan
aliran fluida. Karakteristik aliran lalu lintas yang melewati suatu jalan
merupakan variasi dari lokasi dan waktu. Suatu tantangan bagi seorang Traffic Engineer
ketika harus merencanakan dan mendisain suatu lalu lintas, dia tidak cukup
hanya memprediksi hal-hal yang bersifat eksak melainkan juga memperhitungkan
perilaku manusia sebagai road user yang kompleks. Walaupun
demikian, perilaku pengemudi dalam suatu aliran lalu lintas akan tetap konsisten
pada suatu range
tertentu yang normal. Sebagai contoh pada suatu ruas jalan
dengan
B.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah
mempelajari pokok bahasan ini diharapkan para peserta mengetahui dan memahami
karakteristik pemakai jalan.
C.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini para peserta dapat :
1.
Memahami karakteristik pemakai jalan khususnya Jenis-jenis
pemakai jalan karakteristik mental pemakai jalan dan karakteristik fisik
pemakai jalan.
2.
Memahami hubungan antara
karakteristik mental pemakai jalan dan karakteristik fisik pemakai jalan dengan keselamatan lalu lintas.
D.
URAIAN MATERI
1.
Umum
Pemakai jalan adalah orang yang menggunakan sistem jalan dan
yang mengendalikan pergerakan kendaraan atau dirinya sendiri. Pemakai jalan
dibagi ke dalam 2 (dua) jenis yaitu :
a.
Pengemudi, dan
b.
Pejalan kaki.
Adapun
penumpang tidak termasuk sebagai pemakai jalan, tapi bentuk khusus dari muatan yang harus diangkut dari satu tempat ke
tempat lain. Namun ketika turun dari kendaraan, penumpang menjadi pejalan kaki.
Pejalan
kaki tidak dapat menggunakan sistem jalan tanpa memiliki pengetahuan terhadap
sistem jalan. Sebagai contoh, pejalan kaki harus mengerti kapan mereka
mendapatkan prioritas hak berjalan dari kendaraan, dan sebaliknya kapan
kendaraan mendapatkan prioritas.
Tingkah laku dari masing-masing pemakai jalan secara individu
seringkali merupakan faktor yang penting dalam menentukan karakteristik arus
lalu lintas.
Ada berbagai pengaruh luar terhadap pemakai jalan, seperti :
a.
Desain kendaraan
b.
Desain prasarana jalan
c.
Kondisi arus lalu lintas
d.
Cuaca yang mempengaruhi kondisi fisik, jarak pandangan dan
unjuk kerja kendaraan
e.
Tata guna lahan dan aktifitasnya (misalnya perumahan,
perkantoran, pertokoan, dan lain sebagainya).
Oleh karenanya, kendaraan dan prasarana jalan harus didesain
untuk manusia. Kendaraan harus nyaman, mudah untuk dikendalikan, memiliki
jangkauan penglihatan yang baik dan memberikan perlindungan bagi manusia dan
muatannya pada saat terjadi kecelakaan. Alat pengendali lalu lintas harus dapat
terlihat dan dimengerti serta harus sederhana sehingga dapat dipatuhi.
Karakteristik pemakai jalan meliputi :
a.
Karakteristik mental, seperti intelegensia dan emosi.
b.
Karakteristik fisik, seperti penglihatan, pendengaran dan
reaksi.
Perekayasaan lalu lintas harus memperhatikan karakteristik
mental dan fisik pemakai jalan. Pengemudi harus memiliki kemampuan fisik yang
baik untuk dapat mengemudikan kendaraan tanpa menimbulkan kecelakaan. Mereka
juga harus memiliki pengertian mental terhadap apa arti dan maksud dari alat
pengendali lalu lintas dan mengapa pengemudi harus mematuhinya.
2.
Karakteristik Mental Pemakai
Jalan
Berdasarkan penelitian para ahli psikologi dan sosiologi,
maka karakteristik mental pemakai jalan meliputi :
a.
Intelegensia
Intelegensi adalah kemampuan pemakai jalan untuk
menginterprestasikan apa yang dilihat dan menyesuaikan tingkah lakunya sesuai
dengan motivasinya sendiri. Orang yang cerdas belum tentu merupakan pengemudi
atau pejalan kaki yang baik.
b.
Motivasi
Orang melakukan perjalanan untuk berbagai alasan, seperti
bekerja, bersenang-senang, bisnis pribadi dan lain sebagainya. Pertimbangan
mengenai motivasi untuk melakukan perjalanan merupakan bagian dasar dari
perencanaan transportasi (maksud perjalanan). Banyak faktor dapat mempengaruhi
motivasi, khususnya kelelahan dan kejenuhan. Dalam kedua hal ini, perhatian
pengemudi menjadi kurang hati-hati, sehingga lebih beresiko terhadap
kecelakaan.
c.
Belajar
Orang dapat belajar dalam berbagai cara. Pengemudi belajar
dari pengalaman untuk mengenali dan berhadapan dengan situasi lalu lintas
tertentu. Selama mengikuti kursus mengemudi, pengemudi harus diajarkan
bagaimana mengendalikan kendaraan dan sekaligus pelajaran tentang peraturan
lalu lintas.
d.
Emosi
Kemarahan, ketakutan, kebencian dan kekhawatiran, semuanya
akan mempengaruhi motivasi dan pertimbangan. Oleh karena hal itu akan
mempengaruhi keputusan yang diambil sewaktu mengemudi. Keputusan yang dibuat
berdasarkan pengalaman dan intelegensia dan dapat dipengaruhi oleh emosi.
3.
Karakteristik Fisik Pemakai
Jalan
Pejalan kaki sering terlupakan pada saat mempertimbangkan
karakteristik pemakai jalanyang diinginkan. Berjalan merupakan moda angkutan
yang sama pentingnya dengan mengemudi. Setiap orang pada suatu waktu akan
menjadi pejalan kaki. Karakteristik berikut dapat berlaku baik bagi pejalan
kaki maupun pengemudi.
a.
Penglihatan
Tabrakan dapat dihindarkan berdasarkan kondisi
melihat-terlihat. Jadi penglihatan merupakan karakteristik fisik yang penting
bagi seorang pengemudi.
Cahaya merambat dalam suatu garis yang lurus. Penglihatan
akan dihasilkan apabila cahaya menyentuh retina mata, kemudian membentuk suatu
bayangan yang dikirim ke otak dan diinterprestasikan sebagai cahaya, warna dan
bentuk. Ada beberapa karakteristik dari penglihatan, yaitu :
1)
Ketajaman penglihatan : yaitu kemampuan mata untuk menangkap
obyek dan memfokuskannya secara cepat.
2)
Kedalaman penglihatan : yaitu perkiraan terhadap jarak dan
khususnya perubahan jarak sewaktu kendaraan berjalan.
3)
Bidang penglihatan : manusia mempunyai dua jenis penglihatan,
yaitu penglihatan tajam (acute vision)
dan penglihatan sekeliling (peripheral
vision).
a)
Penglihatan tajam (acute
vision) terjadi dalam sudut kerucut 3⁰ untuk yang paling sensitif, dan 5⁰ -
20⁰ untuk penglihatan yang masih memuaskan. Sebagian pengemudi memiliki kerucut
penglihatan yang sempit (tunnel vision)
yang hanya dapat melihat sedikit atau tidak dapat sama sekali pada sudut
kerucut yang lebih besar dari 20⁰.
b)
Penglihatan sekeliling (peripheral
vision) terjadi pada zona dimana pergerakan dan obyek dapat dilihat tetapi
tidak terlalu jelas dan tidak berwarna.
4)
Penglihatan samar-samar : adalah kemampuan untuk melihat
dalam cahaya yang remang-remang, untuk melihat sorotan lampu jauh, untuk
menyesuaikan penglihatan secara cepat dari terang ke gelap, dan untuk
membedakan warna pada malam hari.
5)
Warna : pengenalan terhadap warna seperti misalnya pada alat
pemberi isyarat lalu lintas (APILL), rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan.
6)
Tinggi mata pengemudi : tinggi rata-rata mata pengemudi dapat
mempengaruhi banyak aspek dari desain kendaraan dan prasarana jalan. Harus pula
diperhatikan pula posisi mata dan dampaknya terhadap pandangan keluar
kendaraan.
Tinggi mata pengemudi sangat diperlukan juga dalam
mempertimbangkan jarak pandangan henti dan menyiap pada lengkung vertikal serta
jarak pandangan bebas pada alinyemen vertikal dan horizontal.
b.
Pendengaran
Telinga manusia dapat memperkirakan jarak dan arah. Meskipun
demikian diluar dugaan, pendengaran merupakan faktor yang tidak terlalu penting
sewaktu mengemudi dan pada saat terjadinya kecelakaan. Penelitian di Amerika
menunjukkan bahwa seseorang dengan pendengaran yang kurang baik cenderung
mengemudikan kendaraannya secara lebih berhati-hati sebagai kompensasinya,
sehingga lebih sedikit mengalami kecelakaan dibandingkan dengan pengemudi yang
memiliki pendengaran yang normal. Sejalan dengan hal tersebut, di Amerika
Serikat dan Eropa, ketulian tidak menghalangi seseorang untuk mendapatkan surat
ijin mengemudi (SIM).
c.
Perasaan terhadap kestabilan
Pengemudi memiliki perasaan terhadap gaya gravitasi dan
ketidak-rataan permukaan. Ketidak-rataan permukaan jalan tidak hanya
menyebabkan terjadinya kerusakan pada kendaraan saja tetapi juga akan
mempengaruhi kenyamanan dan kontrol pengemudi sehingga dapat menyebabkan mereka
untuk berjalan lebih lambat.
d.
Waktu reaksi
Pengemudi bereaksi terhadap rangsangan. Kecepatan reaksi
dipengaruhi oleh karakteristik mental dan karakteristik fisik, yang mana
prosesnya sering disingkat sebagai PIEV (Perseption,
Identification, Evaluation, dan Volition) seperti berikut ini :
Perseption : informasi diterima oleh mata dan dikirim ke
otak.
Identification : otak menerima informasi dan menginterprestasikan pesan-pesan
tersebut.
Evaluation : otak mengevaluasi informasi dan memutuskan
untuk melakukan suatu aksi. Jika aksi reflek diperintahkan, maka aksi tersebut
tidak diputuskan secara sadar dan evaluasi tidak dilakukan.
Volition : otak mengirimkan keputusannya dan tubuh bereaksi (kemauan) secara
fisik terhadap instruksi.
Waktu
yang diperlukan dari saat informasi diterima sampai reaksi seringkali disebut waktu
PIEV atau waktu reaksi. Hal ini tidak boleh dikacaukan dengan waktu
reaksi fisik sederhana yang hanya merupakan volition
saja. Waktu PIEV tidak termasuk waktu yang diperlukan bagi kendaraan untuk
bereaksi terhadap operasi alat pengendalinya.
Waktu
PIEV meningkat sesuai dengan meningkatnya jumlah pilihan dan kerumitan
keputusan yang harus dilakukan, atau dengan meningkatnya umur. Seorang
perekayasa lalu lintas yang baik selalu mencoba untuk mengurangi jumlah
kerumitan keputusan yang harus dilakukan oleh pengemudi, sehingga dapat
mengurangi waktu PIEV ini.
Waktu
PIEV digunakan untuk menghitung hubungan antara kecepatan dan jarak tempuh,
khususnya jarak pandangan henti, jarak pandangan penyiap, kecepatan yang aman
pada persimpangan, waktu kuning pada APILL, dan lain sebagianya. Waktu PIEV
dapat bervariasi dari 0,5 – 4 detik, tetapi asumsi rata-rata yang biasanya
diambil adalah sebesar 2,5 detik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu
reaksi
Terdapat
beragam faktor yang dapat mengubah tingkah laku pengemudi (khususnya yang
mempengaruhi kecepatan reaksi) tetapi juga proses mental.
Faktor-faktor
yang paling penting adalah :
1)
Umur
Orang tua memiliki reaksi yang lebih lambat dan penglihatan
yang lebih buruk. Sebagai kompensasinya mereka cenderung akan mengemudikan
kendaraan lebih lambat. Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa pengemudi pria
yang berada di bawah umur 25 tahun mengalami kecelakaan 2,5 kali lebih banyak
dibandingkan dengan pengemudi yang berumur di atas 25 tahun.
Anak-anak lebih banyak terlibat kecelakaan karena pertama : mereka masih muda dan
memiliki pengalaman mengenai sistem jalan yang kurang dan (sama seperti orang
tua) mereka kurang mampu untuk memperkirakan dan bereaksi terhadap situasi yang
berbahaya; kedua : anak-anak
mempunyai tinggi badan yang lebih pendek, sehingga lebih sukar bagi mereka
untuk melihat dan terlihat.
2)
Kelelahan
Pengemudi yang lelah akan bereaksi
lebih lambat dan cenderung kurang dapat memahami instruksi lalu lintas.
3)
Alkohol dan obat
Alkohol mempunyai pengaruh anestesi (pembiusan), karena
alkohol akan mengganggu sistem saraf pusat, meningkatkan waktu reaksi dan
mengurangi kemampuan penglihatan (malam hari). Obat seringkali memberikan
pengaruh yang serupa.
4)
Penyakit dan cacat tubuh
Penyakit dan cacat tubuh dapat membatasi kemampuan mental
atau fisik pengemudi.
5)
Cuaca, altitude dan ventilasi
Cuaca buruk dapat meningkatkan ketegangan dan kelelahan dalam
mengemudi. Volume cahaya dan warna dapat membatasi pengoperasian kendaraan.
Temparatur yang tinggi akan meningkatkan ketegangan saraf dan suplai oksigen
yang akan mempengaruhi efisiensi mental dan fisik pengemudi.
6)
Latihan, pendidikan dan
penindakan
Pengemudi perlu dididik mengenai keahlian fisik dalam
mengemudi, dan mereka perlu untuk mempelajari apresiasi mental terhadap tingkah
laku mengemudi yang baik. Hal ini dapat dicapai dengan cara :
a)
Melatih para pengemudi sebelum mereka diberikan surat ijin
mengemudi (SIM).
b)
Test mengemudi dan test pemahaman peraturan lalu lintas yang
ketat.
c)
Pendidikan, pelajaran mengenai keselamatan jalan di sekolah,
iklan umum, kampanye di televisi, radio dan surat kabar serta media yang
lainnya.
7)
Orang yang mudah mendapat
kecelakaan
Ada
sebagian pengemudi yang dapat mengalami kecelakaan lebih sering daripada yang
diperkirakan, tanpa ada alasan-alasan yang nyata.
4.
Pejalan Kaki
Pejalan kaki juga menggunakan sistem jalan. Karakteristik
fisik dan mental pejalan kaki secara alamiah adalah sama dengan pengemudi.
Akan tetapi :
a.
Pejalan kaki kurang mendapatkan latihan mengenai peraturan
jalan.
b.
Secara fisik pejalan kaki mungkin cacat, buta atau pincang.
c.
Pejalan kaki mungkin buta huruf.
Kecepatan berjalan kaki biasanya antara 1 – 1,5 m/det, tetapi
orang tua mungkin lebih lambat. Waktu reaksi pejalan kaki lebih panjang
daripada pengemudi, yaitu rata-rata 4 – 5 detik, khususnya karena tingkat
kewaspadaan yang berbeda.
5.
Rangkuman
Pemakai jalan yang terdiri atas pengemudi dan pejalan kaki
pada saat berada di jalan dipengaruhi oleh karakteristik mental seperti
intelegensia, motivasi, belajar dan emosi, serta karakteristik fisik seperti penglihatan, pengdengaran dan
perasaan terhadap kestabilan.
Waktu reaksi pengemudi yang biasa disebut PIEV time perlu
menjadi perhatian yang penting untuk dijadikan dasar perencanaan lalu lintas.
Waktu reaksi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, kelelahan,
pemakaian obat dan alkohol, oenyakit, cuaca, dan lain sebagainya.
sekian dulu yah.......nanti lnjut lgi....
Langganan:
Postingan (Atom)