welcome to asa blog, the blog is about the lessons of transportation. I hope you enjoy it.

Pages

Sabtu, 22 Juni 2013



Modul 1
KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN I

A.       PENDAHULUAN
Arus lalu lintas dibentuk oleh pengendara dan kendaraan sehingga terjalin suatu interaksi keduanya serta interksi antara kedua komponen tersebut terhadap jalan dan lingkungan. Kendaraan yang memasuki suatu arus lalu lintas tidak mungkin berjalan secara seragam karena ketidaksamaan pengemudi dalam hal ketrampilan mengemudi dan pengambilan keputusan. Bahkan dapat dikatakan bahwa tidak ada keadaan dua lalu lintas yang serupa sekalipun dalam kondisi yang setara, jalan dan kendaraan, yang hal itu diakibatkan oleh perilaku dan kebiasaan pengemudi yang sangat bervariasi. Perilaku arus lalu lintas sangat berlainan dengan perilaku suatu aliran suatu fluida yang melalui suatu saluran terbuka atau pipa tertutup, yang perilakunya bisa diprediksi yakni mengikuti hukum hidraulis dan aliran fluida. Karakteristik aliran lalu lintas yang melewati suatu jalan merupakan variasi dari lokasi dan waktu. Suatu tantangan bagi seorang Traffic Engineer ketika harus merencanakan dan mendisain suatu lalu lintas, dia tidak cukup hanya memprediksi hal-hal yang bersifat eksak melainkan juga memperhitungkan perilaku manusia sebagai road user yang kompleks. Walaupun demikian, perilaku pengemudi dalam suatu aliran lalu lintas akan tetap konsisten pada suatu range tertentu yang normal. Sebagai contoh pada suatu ruas jalan dengan

B.        TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mempelajari pokok bahasan ini diharapkan para peserta mengetahui dan memahami karakteristik pemakai jalan.

C.        TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini para peserta dapat :
1.         Memahami karakteristik pemakai jalan khususnya Jenis-jenis pemakai jalan karakteristik mental pemakai jalan dan karakteristik fisik pemakai jalan.
2.         Memahami hubungan antara  karakteristik mental pemakai jalan dan karakteristik fisik pemakai jalan  dengan keselamatan lalu lintas.

D.       URAIAN MATERI
1.         Umum
Pemakai jalan adalah orang yang menggunakan sistem jalan dan yang mengendalikan pergerakan kendaraan atau dirinya sendiri. Pemakai jalan dibagi ke dalam 2 (dua) jenis yaitu :
a.        Pengemudi, dan
b.        Pejalan kaki.
Adapun penumpang tidak termasuk sebagai pemakai jalan, tapi bentuk khusus dari muatan yang harus diangkut dari satu tempat ke tempat lain. Namun ketika turun dari kendaraan, penumpang menjadi pejalan kaki.

Pejalan kaki tidak dapat menggunakan sistem jalan tanpa memiliki pengetahuan terhadap sistem jalan. Sebagai contoh, pejalan kaki harus mengerti kapan mereka mendapatkan prioritas hak berjalan dari kendaraan, dan sebaliknya kapan kendaraan mendapatkan prioritas.

Tingkah laku dari masing-masing pemakai jalan secara individu seringkali merupakan faktor yang penting dalam menentukan karakteristik arus lalu lintas.

Ada berbagai pengaruh luar terhadap pemakai jalan, seperti :
a.        Desain kendaraan
b.        Desain prasarana jalan
c.         Kondisi arus lalu lintas
d.        Cuaca yang mempengaruhi kondisi fisik, jarak pandangan dan unjuk kerja kendaraan
e.        Tata guna lahan dan aktifitasnya (misalnya perumahan, perkantoran, pertokoan, dan lain sebagainya).
Oleh karenanya, kendaraan dan prasarana jalan harus didesain untuk manusia. Kendaraan harus nyaman, mudah untuk dikendalikan, memiliki jangkauan penglihatan yang baik dan memberikan perlindungan bagi manusia dan muatannya pada saat terjadi kecelakaan. Alat pengendali lalu lintas harus dapat terlihat dan dimengerti serta harus sederhana sehingga dapat dipatuhi.

Karakteristik pemakai jalan meliputi :
a.        Karakteristik mental, seperti intelegensia dan emosi.
b.        Karakteristik fisik, seperti penglihatan, pendengaran dan reaksi.

Perekayasaan lalu lintas harus memperhatikan karakteristik mental dan fisik pemakai jalan. Pengemudi harus memiliki kemampuan fisik yang baik untuk dapat mengemudikan kendaraan tanpa menimbulkan kecelakaan. Mereka juga harus memiliki pengertian mental terhadap apa arti dan maksud dari alat pengendali lalu lintas dan mengapa pengemudi harus mematuhinya.

2.         Karakteristik Mental Pemakai Jalan
Berdasarkan penelitian para ahli psikologi dan sosiologi, maka karakteristik mental pemakai jalan meliputi :
a.        Intelegensia
Intelegensi adalah kemampuan pemakai jalan untuk menginterprestasikan apa yang dilihat dan menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan motivasinya sendiri. Orang yang cerdas belum tentu merupakan pengemudi atau pejalan kaki yang baik.
b.        Motivasi
Orang melakukan perjalanan untuk berbagai alasan, seperti bekerja, bersenang-senang, bisnis pribadi dan lain sebagainya. Pertimbangan mengenai motivasi untuk melakukan perjalanan merupakan bagian dasar dari perencanaan transportasi (maksud perjalanan). Banyak faktor dapat mempengaruhi motivasi, khususnya kelelahan dan kejenuhan. Dalam kedua hal ini, perhatian pengemudi menjadi kurang hati-hati, sehingga lebih beresiko terhadap kecelakaan.
c.         Belajar
Orang dapat belajar dalam berbagai cara. Pengemudi belajar dari pengalaman untuk mengenali dan berhadapan dengan situasi lalu lintas tertentu. Selama mengikuti kursus mengemudi, pengemudi harus diajarkan bagaimana mengendalikan kendaraan dan sekaligus pelajaran tentang peraturan lalu lintas.
d.        Emosi
Kemarahan, ketakutan, kebencian dan kekhawatiran, semuanya akan mempengaruhi motivasi dan pertimbangan. Oleh karena hal itu akan mempengaruhi keputusan yang diambil sewaktu mengemudi. Keputusan yang dibuat berdasarkan pengalaman dan intelegensia dan dapat dipengaruhi oleh emosi.

3.         Karakteristik Fisik Pemakai Jalan
Pejalan kaki sering terlupakan pada saat mempertimbangkan karakteristik pemakai jalanyang diinginkan. Berjalan merupakan moda angkutan yang sama pentingnya dengan mengemudi. Setiap orang pada suatu waktu akan menjadi pejalan kaki. Karakteristik berikut dapat berlaku baik bagi pejalan kaki maupun pengemudi.

a.        Penglihatan
Tabrakan dapat dihindarkan berdasarkan kondisi melihat-terlihat. Jadi penglihatan merupakan karakteristik fisik yang penting bagi seorang pengemudi.
Cahaya merambat dalam suatu garis yang lurus. Penglihatan akan dihasilkan apabila cahaya menyentuh retina mata, kemudian membentuk suatu bayangan yang dikirim ke otak dan diinterprestasikan sebagai cahaya, warna dan bentuk. Ada beberapa karakteristik dari penglihatan, yaitu :
1)        Ketajaman penglihatan : yaitu kemampuan mata untuk menangkap obyek dan memfokuskannya secara cepat.
2)        Kedalaman penglihatan : yaitu perkiraan terhadap jarak dan khususnya perubahan jarak sewaktu kendaraan berjalan.
3)        Bidang penglihatan : manusia mempunyai dua jenis penglihatan, yaitu penglihatan tajam (acute vision) dan penglihatan sekeliling (peripheral vision).
a)        Penglihatan tajam (acute vision) terjadi dalam sudut kerucut 3⁰ untuk yang paling sensitif, dan 5⁰ - 20⁰ untuk penglihatan yang masih memuaskan. Sebagian pengemudi memiliki kerucut penglihatan yang sempit (tunnel vision) yang hanya dapat melihat sedikit atau tidak dapat sama sekali pada sudut kerucut yang lebih besar dari 20⁰.
b)        Penglihatan sekeliling (peripheral vision) terjadi pada zona dimana pergerakan dan obyek dapat dilihat tetapi tidak terlalu jelas dan tidak berwarna.
4)        Penglihatan samar-samar : adalah kemampuan untuk melihat dalam cahaya yang remang-remang, untuk melihat sorotan lampu jauh, untuk menyesuaikan penglihatan secara cepat dari terang ke gelap, dan untuk membedakan warna pada malam hari.
5)        Warna : pengenalan terhadap warna seperti misalnya pada alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL), rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan.
6)        Tinggi mata pengemudi : tinggi rata-rata mata pengemudi dapat mempengaruhi banyak aspek dari desain kendaraan dan prasarana jalan. Harus pula diperhatikan pula posisi mata dan dampaknya terhadap pandangan keluar kendaraan.
Tinggi mata pengemudi sangat diperlukan juga dalam mempertimbangkan jarak pandangan henti dan menyiap pada lengkung vertikal serta jarak pandangan bebas pada alinyemen vertikal dan horizontal.
b.        Pendengaran
Telinga manusia dapat memperkirakan jarak dan arah. Meskipun demikian diluar dugaan, pendengaran merupakan faktor yang tidak terlalu penting sewaktu mengemudi dan pada saat terjadinya kecelakaan. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa seseorang dengan pendengaran yang kurang baik cenderung mengemudikan kendaraannya secara lebih berhati-hati sebagai kompensasinya, sehingga lebih sedikit mengalami kecelakaan dibandingkan dengan pengemudi yang memiliki pendengaran yang normal. Sejalan dengan hal tersebut, di Amerika Serikat dan Eropa, ketulian tidak menghalangi seseorang untuk mendapatkan surat ijin mengemudi (SIM).

c.         Perasaan terhadap kestabilan
Pengemudi memiliki perasaan terhadap gaya gravitasi dan ketidak-rataan permukaan. Ketidak-rataan permukaan jalan tidak hanya menyebabkan terjadinya kerusakan pada kendaraan saja tetapi juga akan mempengaruhi kenyamanan dan kontrol pengemudi sehingga dapat menyebabkan mereka untuk berjalan lebih lambat.

d.        Waktu reaksi
Pengemudi bereaksi terhadap rangsangan. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh karakteristik mental dan karakteristik fisik, yang mana prosesnya sering disingkat sebagai PIEV (Perseption, Identification, Evaluation, dan Volition) seperti berikut ini :
Perseption           :    informasi diterima oleh mata dan dikirim ke otak.
Identification       :    otak menerima informasi dan menginterprestasikan pesan-pesan tersebut.
Evaluation           :    otak mengevaluasi informasi dan memutuskan untuk melakukan suatu aksi. Jika aksi reflek diperintahkan, maka aksi tersebut tidak diputuskan secara sadar dan evaluasi tidak dilakukan.
Volition                :    otak mengirimkan keputusannya dan tubuh bereaksi (kemauan) secara fisik terhadap instruksi.

Waktu yang diperlukan dari saat informasi diterima sampai reaksi seringkali disebut waktu PIEV atau waktu reaksi. Hal ini tidak boleh dikacaukan dengan waktu reaksi fisik sederhana yang hanya merupakan volition saja. Waktu PIEV tidak termasuk waktu yang diperlukan bagi kendaraan untuk bereaksi terhadap operasi alat pengendalinya.

Waktu PIEV meningkat sesuai dengan meningkatnya jumlah pilihan dan kerumitan keputusan yang harus dilakukan, atau dengan meningkatnya umur. Seorang perekayasa lalu lintas yang baik selalu mencoba untuk mengurangi jumlah kerumitan keputusan yang harus dilakukan oleh pengemudi, sehingga dapat mengurangi waktu PIEV ini.

Waktu PIEV digunakan untuk menghitung hubungan antara kecepatan dan jarak tempuh, khususnya jarak pandangan henti, jarak pandangan penyiap, kecepatan yang aman pada persimpangan, waktu kuning pada APILL, dan lain sebagianya. Waktu PIEV dapat bervariasi dari 0,5 – 4 detik, tetapi asumsi rata-rata yang biasanya diambil adalah sebesar 2,5 detik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi
Terdapat beragam faktor yang dapat mengubah tingkah laku pengemudi (khususnya yang mempengaruhi kecepatan reaksi) tetapi juga proses mental.
Faktor-faktor yang paling penting adalah :
1)        Umur
Orang tua memiliki reaksi yang lebih lambat dan penglihatan yang lebih buruk. Sebagai kompensasinya mereka cenderung akan mengemudikan kendaraan lebih lambat. Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa pengemudi pria yang berada di bawah umur 25 tahun mengalami kecelakaan 2,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan pengemudi yang berumur di atas 25 tahun.
Anak-anak lebih banyak terlibat kecelakaan karena pertama : mereka masih muda dan memiliki pengalaman mengenai sistem jalan yang kurang dan (sama seperti orang tua) mereka kurang mampu untuk memperkirakan dan bereaksi terhadap situasi yang berbahaya; kedua : anak-anak mempunyai tinggi badan yang lebih pendek, sehingga lebih sukar bagi mereka untuk melihat dan terlihat.
2)        Kelelahan
Pengemudi yang lelah akan bereaksi lebih lambat dan cenderung kurang dapat memahami instruksi lalu lintas.
3)        Alkohol dan obat
Alkohol mempunyai pengaruh anestesi (pembiusan), karena alkohol akan mengganggu sistem saraf pusat, meningkatkan waktu reaksi dan mengurangi kemampuan penglihatan (malam hari). Obat seringkali memberikan pengaruh yang serupa.
4)        Penyakit dan cacat tubuh
Penyakit dan cacat tubuh dapat membatasi kemampuan mental atau fisik pengemudi.
5)        Cuaca, altitude dan ventilasi
Cuaca buruk dapat meningkatkan ketegangan dan kelelahan dalam mengemudi. Volume cahaya dan warna dapat membatasi pengoperasian kendaraan. Temparatur yang tinggi akan meningkatkan ketegangan saraf dan suplai oksigen yang akan mempengaruhi efisiensi mental dan fisik pengemudi.
6)        Latihan, pendidikan dan penindakan
Pengemudi perlu dididik mengenai keahlian fisik dalam mengemudi, dan mereka perlu untuk mempelajari apresiasi mental terhadap tingkah laku mengemudi yang baik. Hal ini dapat dicapai dengan cara :
a)        Melatih para pengemudi sebelum mereka diberikan surat ijin mengemudi (SIM).
b)        Test mengemudi dan test pemahaman peraturan lalu lintas yang ketat.
c)         Pendidikan, pelajaran mengenai keselamatan jalan di sekolah, iklan umum, kampanye di televisi, radio dan surat kabar serta media yang lainnya.

7)        Orang yang mudah mendapat kecelakaan
Ada sebagian pengemudi yang dapat mengalami kecelakaan lebih sering daripada yang diperkirakan, tanpa ada alasan-alasan yang nyata.

4.         Pejalan Kaki
Pejalan kaki juga menggunakan sistem jalan. Karakteristik fisik dan mental pejalan kaki secara alamiah adalah sama dengan pengemudi.
Akan tetapi :
a.        Pejalan kaki kurang mendapatkan latihan mengenai peraturan jalan.
b.        Secara fisik pejalan kaki mungkin cacat, buta atau pincang.
c.         Pejalan kaki mungkin buta huruf.

Kecepatan berjalan kaki biasanya antara 1 – 1,5 m/det, tetapi orang tua mungkin lebih lambat. Waktu reaksi pejalan kaki lebih panjang daripada pengemudi, yaitu rata-rata 4 – 5 detik, khususnya karena tingkat kewaspadaan yang berbeda.

5.         Rangkuman
Pemakai jalan yang terdiri atas pengemudi dan pejalan kaki pada saat berada di jalan dipengaruhi oleh karakteristik mental seperti intelegensia, motivasi, belajar dan emosi, serta karakteristik fisik  seperti penglihatan, pengdengaran dan perasaan terhadap kestabilan.
Waktu reaksi pengemudi yang biasa disebut PIEV time perlu menjadi perhatian yang penting untuk dijadikan dasar perencanaan lalu lintas. Waktu reaksi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, kelelahan, pemakaian obat dan alkohol, oenyakit, cuaca, dan lain sebagainya.

sekian dulu yah.......nanti lnjut lgi....